Kamis, 02 Januari 2014

hadis khitan



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bagi sebagian masyarakat, khitan bagi anak laki-laki adalah sebuah perkara yang sangat wajar, namun tidak demikian dengan khitan wanita, mengenai hal ini terdapat perbedaan pendapat mengenai hukumnya, ada yang berpendapat bahwa khitan bagi wanita hukumnya disyariatkan, bahkan ada yang mengatakan bahwa hukumnya adalah wajib. Dan ada pula pendapat yang menyatakan bahwa khitan wanita bukanlah wajib dan sunnah, akan tetapi merupakan kemuliaan bagi wanita, namun setelah ditelusuri ternyata hadis tersebut berasal dari jalur Ahmad yang diriwayatkan oleh Usamah. Dalam hadis tersebut terdapat salah satu rawi yang bernama Hajjaj bin Arthah yang mana banyak ulama hadis membicarakan mengenai dirinya.
Berdasarkan hal itu, maka saya kira akan sangat penting untuk dilakukan penelitian kritik sanad dari hadis mengenai khitan wanita. Sehingga kita dapat mengetahui apakah hadis tersebut layak digunakan ataukah tidak.
B.     Rumusan Masalah
Latar belakang di atas mendorong penulis merumuskan beberapa masalah dalam makalah ini, sebagaimana berikut:
  1. Bagaimanakah kualitas hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dilihat dari segi ketersambungan sanad, keadilan dan kedhabitan perawi?
  2. Adakah jalur lain yang dapat dijadikan muttabi’ dan syawahid untuk hadis riwayat Ahmad?
C.    Tujuan Penulisan
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk Mengetahui kualitas hadis riwayat Ahmad tentang khitan wanita dari segi ketersambungan sanad, keadilan dan kedhabitan perawi.

BAB II
A.      Takhrij Hadits
Hadis yang dijadikan dalil khitan merupakan kemuliaan bagi wanita adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Usamah sebagaimana berikut:
حَدَّثَنَا سُرَيْجٌ حَدَّثَنَا عَبَّادٌ يَعْنِي ابْنَ الْعَوَّامِ عَنِ الْحَجَّاجِ عَنْ أَبِي الْمَلِيحِ بْنِ أُسَامَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْخِتَانُ سُنَّةٌ لِلرِّجَالِ مَكْرُمَةٌ لِلنِّسَاءِ )أحمد(
Bahwasanya Nabi saw bersabda: Khitan itu sunnah bagi laki-laki dan kemuliaan bagi wanita.” (HR. Ahmad).
Setelah dilakukan penelitian maka terlihat jelas bahwa hadis tersebut terdapat dalam kitab musnad Ahmad, dalam kitab tersebut banyak keterangan yang menyatakan bahwa terdapat seorang perawi bernama Hajjaj bin Arthah, yang dilemahkan ulama hadits. Di antaranya Yahya bin Muin berkata: Ia tidak kuat (hafalannya) Imam Dzar Quthni mengatakan: (haditsnya) tidak dapat dijadikan hujjah bahkan terdapat beberapa ulama hadits yang menyatakan bahwa Hajjaj bin Arthah adalah seorang yang mudallis. Dan hadis Ahmad tersebut mempunyai muttabi’ dari jalur Usamah yang terdapat dalam kitab Sunanul Kubra lil Baihaqi.
B.        Biografi dan Kualitas Perawi

1.      Ahmad bin Hanbal
Nama lengkap Ahmad bin al Hasan bin Jundaib at Tirmidzi, Abu al Hasan (Ahmad bin Hanbal, Rihal; ujung Syam, Mesir, Iraq dan Hijaz).
Thabaqah ke 11: beliau termasuk أوساط الآخذين عن تبع الأتباع (wafat 250 H).
Guru dan muridnya di bidang periwayatan:
Guru beliau di antaranya Ahmad bin Muhammad bin Hambal, Adam bin Abi Iyas al Asqalani dan Suraij, sedangkan muridnya di antaranya Bukhari, Tirmidzi dan Ibrahim bin Abi Thalib an Naisaburi.
            Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:
1)        Ibn Hajar: tsiqah hafidz
2)        Adz Dzahabi: al hafidz
3)        Abu Hatim: Shaduq

2.   Suraij
Nama lengkap Ahmad bin Shobah an Nahsyali, Abu Ja’far bin Abi Suraij ar Razi al Muqarri’, ada yang mengatakan Ahmad bin Umar bin Abi Suraij: as Shabah, Maula Khuzaimah.
Thabaqah ke 10: beliau termasuk كبارالآخذين عن تبع الأتباع   (wafat 240 H).
Guru dan muridnya di bidang periwayatan:
Guru beliau di antaranya Isma’il bin ‘Aliyah, Syababah bin Siwar dan Abbad bin ‘Awwam, sedangkan muridnya di antaranya Ahmad, Bukhari, Abu Dawud dan Nasa’i.
Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:
1)        Ibn Hajar: tsiqah hafidz
2)        Adz Dzahabi: lam yadzkurha
3)        Abu Hatim: shaduq
4)        Nasa’i: tsiqah
3. ‘Abbad bin ‘Awwam
Nama lengkap ‘Abbad bin ‘Awwam bin Umar bin Abdillah bin Mundzir bin Mus’ab bin Jandal al Kalabi maulahum, Abu Sahl al Washiti, maula Aslam bin Zar’ah al Kalabi.
Thabaqah ke 8: beliau termasuk من الوسطى من أتباع التابعين  (wafat 185 H).
Guru dan muridnya di bidang periwayatan:
Guru beliau di antaranya Ibrahim bin Muslim al Hijri, Isma’il bin Abi Khalid dan Hajjaj bin Arthah, sedangkan muridnya di antaranya Ibrahim bin Ziyad Sablan, Ibrahim bin Abdullah bin Hatim al Harwi dan Suraij.
Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:
1)      Ibn Hajar: tsiqah
2)      Adz Dzahabi: lam yadzkurha
3)      Yahya bin Mu’in: tsiqah
4)      Ibn Kharsy: shaduq
5)      Al Hafidz berkata dalam Tahdzib at Tahdzib: Ibn Sa’ad: tsiqah
4. Hajjaj bin Arthah
Nama lengkap Hajjaj bin Arthah bin Tsaur bin Hubairah bin Syarahil bin Ka’ab bin Salman bin ‘Amir bin Haritsah bin Sa’ad bin Malik an Nakha’i Abu Arthah al Kufi al Qadhi.
Thabaqah ke 7: beliau termasuk من كبار أتباع التابعين  (wafat 145 H).
Guru dan muridnya di bidang periwayatan:
Guru beliau di antaranya Tsabit bin ‘Ubaid, Jablah bin Sahim dan Abul Malih binUsamah, sedangkan muridnya di antaranya Isma’il bin ‘Iyas, Abul A’la’ Ayyub bin Maskin al Qasshab dan Abbad bin ‘Awwam.
Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:
1)      Ibn Hajar: shaduq katsirul khatta’, tadhlis, ahadul fuqaha’
2)      Adz Dzahabi: ahadul a’lam, ‘ala layyin fihi
3)      Yahya bin Mu’in: shaduq, laisa bil qawi, yudallis
4)      Abu Zar’ah: shaduq, mudallis
5)      Abu Hatim: shaduq, yudallis ‘anid dhu’afaa’ yaktubu haditsahu
6)      Dzar Quthni: la yuhtajju bihi
7)      Nasa’i: laisa bil qawi
8)      Abdurrahman bin Yusuf bin Kharasy: mudallis
9)      As Saji: mudallis, shaduq sa’il hifdz, laisa bihujjatin fil furu’ wal ahkam
10)   Abu Ahmad al Hakim: laisa bil qawi ‘indahum
11)   Al Bazzar: hafidz, mudallis
12)   Al Hakim: la yuhtajju bihi
13)   Isma’il al Qadhi: mudhtaribul hadits likatsrati tadliisihi
5. Abul Malih bin ‘Usamah
Nama lengkap Abul Malih bin Usamah al Hadzli, ada yang mengatakan namanya adalah Amir, ada yang mengatakan Zaid bin ‘Usamah bin ‘Umair, ada yang mengatakan Ibn ‘Usamah bin Amir bin ‘Umair al Bashri.
Thabaqah ke 3: beliau termasuk من الوسطى من التابعين  (wafat 98 H ada yang mengatakan 108 H dan ada yang mengatakan setelahnya).
Guru dan muridnya di bidang periwayatan:
Guru beliau di antaranya Usamah al Hadzli (ayahnya), Anas bin Malik dan Buraidah bin Hushaib al Aslami, sedangkan muridnya di antaranya Ayyub as Sakhtayani, Tsabit bin Ammarah dan Hajjaj bin Arthah.
Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:
1)      Ibn Hajar: tsiqah
2)      Adz Dzahabi: tsiqah
3)      Muhammad bin Sa’ad: tsiqah
6. Usamah
Nama lengkap Usamah bin Akhdari at Tamimi, kemudian as Syakri (tinggal di Bashrah).
Thabaqah ke 1: beliau termasuk kategori shahabat.
Guru dan muridnya di bidang periwayatan:
Guru beliau adalah Rasulullah saw, sedangkan muridnya adalah Basyir bin Maimun as Syaqri.
Pernyataan para kritikus hadis tentang dirinya:
1)      Ibn Hajar: beliau termasuk kategori shahabat
2)      Adz Dzahabi: beliau termasuk kategori shahih
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Ahmad Lutfi Fathullah M.A, Fiqh khitan perempuan




Tidak ada komentar:

Posting Komentar